Assalamu'alaikum
wr.wb
Cerita ini hanya fikti belaka,
tapi sebagian merupakan cerita fakta ku .
Mohon maaf jika ada kesamaan nama tokoh, tempat, waktu dan peristiwa, hanya
kebetulan belaka.
Ku Ikhlaskan Kamu Bersamanya
(by.N.sri indrianti)
Siswi
SMAN 1 PAGADEN
Subang, 16 Oktober 2013
Sebuah cerita yang bisa ku sutradarai dan ku perankan sendiri tokoh utamanya .
C e k i d
o t
bel istirahat
berbunyi tett.. Tett.. Tett..
Ku
bereskan buku buku yang baru saja ku pelajari, ku lihat yoga keluar kelas
dengan terburu-buru, segera ku seletingkan tasku dan ku ikuti yoga dari
belakang. Nampaknya yoga masuk ke ruangan perpustakaan.
Aku pun ikut masuk ke dalam, tanpa sepengetahuan yoga.
Ku mengintip di balik lemari yg dipenuhi jejeran buku buku pengetahuan, dan ku
lihat yoga menghampiri seorang perempuan yang
duduk di kursi menyendiri.
Cemburu melihat mereka berdua,
gurutuku "ngapain ngintipin orang pacaran. Kaya orang pengangguran" balik badan
meninggalkan mereka, tapi ... “Apa? Pacaran? Enggak, gk mungkin, itu gak mungkin? “ sadar dan Tanda
tanya besar dipikiranku.
Kuputuskan untuk tidak meninggalkan mereka, sebelum mengetahui siapa perempuan tersebut.
“Aku sama sekali tidak mengenal tuh perempuan. Ketemu aja belum pernah. Apa dia…
murid baru?”
Dengan penasaran aku pun menghampiri yoga dan perempuan itu.
"Aku penasaran sama tuh perempuan. ada hubungan apa dengan yoga?” Tanyaku sambil mengambil
sebuah buku novel
inggris dan segera mendekati mereka.
"hey.. Boleh
gabung?" ujarku.
"dri..an? Tumben ke
perpus?" tanya yoga keheranan.
"loooh kenapa? Gk boleh?” Jutekku
menduduki kursi.
"bukan gitu, aneh aja. Baru kali
ini loh aku liat kamu pergi ke perpus".
"boleh ko', gabung aja kak" potong perempuan itu.
“hah, kakak? Jadi dia adik kelasku?” pikirku
“kamu murid baru ya? baru kali ini kakak liat kamu” tanyaku
“mm iya, kenalin aku siska. Kelas 2 ipa 2” jelasnya
“oh, pantes. kenalin nama kakak driiiaan, panggil aja kak drian. Kakak
adalah sahabat dari sepupunya kak yoga, namanya kak wulan.kita ini sekelas loh.
Oh ya, satu lagi sahabat kakak, namanya kak emir. Nanti kakak kenalin deh ke
kamu” jelasku semangat
“Mengenai kak wulan sama kak emir, aku udah kenal kak” jawabnya
Mendengar pernyataan tersebut. Jelas-jelas aku terkejut. Expresi
yang tadinya semangat untuk mengenali sahabatku ke dia, malah kendor. Tiba-tiba
terdengar suara dering handphone di saku seragam sekolahku. Ternyata ada
telepon dari seseorang.
“sebentar ya ada telepon. Hallo?”
“yan, kamu dimana? Bel bunyi langsung pergi aja, rese loh gak ngajak-ngajak”
terdengar suara di handphone
“aku lagi sama yoga nih, sama siska juga” jelasku seraya memainkan jari
kuku
“apah, kamu ngapain sama mereka? Jangan ganggu mereka. Mereka lagi pacaran”
“apah?”
Nafasku tiba-tiba saja
menjadi sesak, tubuhku menjadi lemas. Betapa shocknya aku mendengar kenyataan
itu. Handphone yang berada di tanganku seusai menerima telepon dari wulan, kini
menjatuhkannya diatas meja. Tidak ada yang memberitahukanku tentang ini. Ya, hanya drian yg belum tahu tentang hubungan yoga
dengan siska. Kenapa aku harus tahu dari orang lain, dan kanapa aku
baru mengetahuinya sekarang, sedangkan sahabatku?
"yan, kamu
kenapa?” Aku tersadar kalau sedari tadi yoga berusaha menanyakan
keadaanku.
“a a aku, gak papa” dengan suara lemas
“syukurlah, kakak kelihatan seperti orang terkejut” ujarnya kawatir
Aku masih belum percaya, kalau bukan yoga yang
memberitahu langsung kepadaku. Kutanyakan kepada yoga, untuk meyakinkannya.
“kalian, ada, hubungan apa?”
berusaha menanyakannya
“aduh. Aku lupa ngasih tau kamu” menepuk jidatnya
“siska, dia ituuu... pacar aku” jelasnya
JLEBB ..
Terlihat
jelas kalau drian benar-benar speechless, dia sangat terpukul mendengar
kenyataan pahit itu langsung dari mulutnya yoga. Dia tidak menyangka. Yoga, yang selama ini dia cintai. Dihatinya sudah tertulis nama seseorang, siska.
Kenyataan
ini memang pahit, tapi tidak untuk mereka. Aku tidak boleh memperlihatkan
kekecewaanku di depan mereka, aku harus ikut bahagia atas bersatunya mereka.
"selamat ya? " ujarku senyum terpaksa.
Segera
ku pamit, dan ku langkahkan kakiku tanpa tujuan. Tak sadar air mataku menetes
seiring langkah kakiku yang mulai melemah. Sejenak ku tak mampu melangkah lagi.
Langkahku terhenti karena terlintas kenyataan pahit itu dipikiranku. “Begitu
penasarankah aku dibuat yoga, sampai akhirnya aku dibuatnya terluka”.
Saat aku keluar kelas untuk mengikuti yoga. Emir juga
mengikutiku dari belakang, tapi dia tertinggal oleh langkahku yang begitu
cepat. Sehingga dia tak tahu kemana arahku menuju.
“Cepet banget dia jalan? Ngapain sih dia ngikutin si yoga. Pengangguran
banget tau gak? Kemana lagi dia? Kanan atau kiri? kanan? Kiri?” gerutu emir di
koridor kelas.
Sepulang
sekolah,
“yan, kamu pulang sama siapa?” tanya emir mengikutiku
Aku hanya berjalan tanpa menjawab pertanyaan dari emir.
Sepanjang jalan ku memikirkan kenyataan yang telah terjadi tadi.
“yan, kamu kenapa sih?”
Ku menoleh “aku pulang pake sepeda” berbelok ke parkiran
sepedaku
“iya aku tau, memang setiap hari kamu pake sepeda kan?”
“kalau tahu, gak usah nanya?”
“jutek banget sih. Kan aku nanya ,kamu pulang sama
siapa?”
“ih bawel deh, kalau pake sepeda berarti aku pulang
sendiri” jelasku pergi meninggalkan emir
“kenapa sih tuh anak, aneh?” menatap kepergianku
###
1 bulan
berlalu, yoga dan siska masih berhubungan. Ku kira hubungan mereka tidak tahan lama, tapi
perkiraanku salah. Terlihat
mereka sedang berjalan di koridor kelas,
bercanda-canda layaknya orang yang pacaran (memang iya!). jika ku lihati mereka
saja, itu akan menambah-nambah rasa cemburuku. Segera ku berbelok memasuki
kelas. Berjalan menuju bangku, dan menoleh ke kanan-kiri, mencari-cari
keberadaan wulan sahabatku. Sengaja aku tidak beranjak pergi untuk mencarinya,
karena hari ini aku benar-benar tidak enak badan, karena pikiranku dipenuhi
bayang-bayang yoga dengan siska pacarnya.
Bel
masuk berbunyi tett..tett.tett..
Ke 2
tanganku diatas meja, dan kepalaku ditidurkan di atasnya. Ku terbangun karena seseorang
berusaha untuk membangunkanku.
"yan bangun, ada
guru?" kata emir.
Segera
ku rapikan rambut dan seragamku.
“kenapa kamu, kurang tidur? Tanyanya menoleh kepadaku.
Ku menolehnya dan hanya bisa menjawab dengan menggelengkan kepala.
Selama pelajaran di mulai,
ku perhatikan Pak guru yang sedang menjelaskan rumus integral. Pandanganku lurus
ke depan, tetap ku paksakan meski
tubuhku mulai melemah. Tiba-tiba saja, dipertengahan pelajaran. Kepala ku begitu sakit, mataku sudah tidak kuat
memaksaku untuk terus memperhatikan Pak andhika, guru matematika. Samar-samar
ku lihat whiteboard di depanku, hingga akhirnya aku ...... sudah berada di UKS
sekolah.
Ku buka mata, ku lihat seorang lelaki begitu samar sedang
berdiri membuatkan sesuatu . Keadaanku
masih begitu lemah. Tak mampu ku beranjak untuk melihat siapa lelaki itu. Dia
mendekatiku ....
“Hmm.. akhirnya kamu sadar juga !” gerutu emir menduduki kursi yang berada
tepat disampingku.
Ya, ternyata lelaki itu
adalah emir. Dia adalah anak aktivis, ketua dari Organisasi PMR di sekolahku.
Hebat betul?? . sedangkan aku juga anak Organisasi PMR, hanya saja aku menjabat
sebagai sie.sekretaris, dulu pernah sih
mengawali jabatan sebagai sie.bendahara yang tugasnya menyimpan uang khas, yang
katanya punya banyak uang, padahal bukan uang sendiri. Haha memalukan !. tapi sekarang sudah tidak lagi, karena sudah
SERah Terima JABatan.
Ku paksakan beranjak dari tempat tidur, lalu duduk di depan emir.
“nih, di minum dulu tes manisnya!” ujarnya sambil memberiku secangkir teh.
“enggak, aku gak papa ko’, aku udah sehat.” Kataku yang tidak memperdulikan
kondisiku.
“kamu itu bandel banget sih. Kamu liat dong, muka kamu tuh pucat banget,
drian?” gerutu emir.
“okkeey, aku minum” kesalku merebut teh hangat itu ditangan emir.
Saat ku minum teh hangat
itu. Nampaknya emir memperhatikanku terus. Bukannya aku keGRan ya? Tapi..... .
“nih...”ujarku membuka suara.
Emir menaruh gelas itu di atas meja, lalu membuka suara.
“kamu kenapa?” tanya emir
“maksud kamu?”
“apa ini gara-gara si yoga kamu jadi gini?”
“apah? Ini gak ada hubunganya sama yoga kok”alasanku
“kamu bohong!”
“aku gak bohong”ujarku dengan nada rendah dan membuang muka.
“kalo kamu gak bohong, kenapa kamu gak berani natap aku?” katanya merebut
daguku kehadapannya.
Emir telah berhasil
memancingku untuk berkata jujur. Jelas iya, aku kesal. Aku menyingkirkan
tangannya yang memegang daguku.
“eeerrggh .. . iya, ini semua gara-gara yoga. Kenapa aku baru tahu kalau
yoga punya hubungan spesial dengan siska. Kenapa aku terlambat mengetahuinya?.
Kamu? Kamu yang duluan mengetahui tentang itu, kenapa gak beri tahu aku mir?”
“aku gak mau buat kamu terluka yan”
“gak mau buat aku terluka kamu bilang? Dengan kamu nutupin kenyataan ini ke
aku, itu gak akan buat aku terluka, iya?”
“sama aja mir. Akhirnya aku juga bakal tau kan. Akhirnya aku juga terluka
kan? Lebih baik kamu kasih tau aku dari awal. kenapa baru sekarang aku mengetahuinya
dari wulan?” lanjutku
“Kenapa aku harus suka sama cowok
yang jelas-jelas gak suka sama aku. Kenapa?” kesal meneteskan air mata.
“aku capek, aku gak mau lagi suka sama dia. Aku mau berhenti berharap ke
dia” Lanjutku dengan nada rendah.
“yan, kamu jangan patah semangat gitu dong. Kamu udah sejauh ini untuk
mendapatkan yoga, ya kan? Mana drian yang dulu? drian yang aku kenal? Drian
yang gak pernah menyerah, sampai dia mendapatkan keinginannya” ujarnya
menenangkanku
“tapi buat apa aku terus berharap, kalau akhirnya aku tidak bisa
memilikinya? Apalagi sekarang dia udah punya pacar. Itu artinya gak ada
harapan. Itu hanya buang-buang waktuku saja + pikiranku untuk berusaha
mendapatkannya”
“tapi setidaknya kamu sudah berusaha, yan?”
“iyya, berusaha tapi gagal mendapatkannya!” jelasku
*emir*
“Bodoh banget aku. Kenapa aku malah berkata
seperti ini sih ? seharusnya aku senang, dan menyuruhnya agar drian benar-benar
melupakan yoga. Tapiii,,, kenapa aku malah memberikan dia semangat, untuk tidak
menyerah mendapatkan yoga”
Aku hanya bisa meneteskan air mata, dan emir menyuruhku untuk menghapus air
mataku.
Sekarang aku sadar, untuk
mendapatkan segala sesuatu yang diinginkan harus dengan perjuangan, dan tidak
semua keinginan itu bisa didapatkan.
Aku gak mungkin
terus-terusannya seperti ini. Aku juga gak mungkin memaksa yoga untuk
mencintaiku. Lagi pula yoga itu sudah mempunyai pacar. Yoga yang begitu ganteng
kalem cocok sekali dengan siska yang cantik dan lembut. Aku juga gak mungkin
merusak hubungan mereka yang sudah ditakdirkan untuk bersatu oleh yang kuasa.
Seiring berjalannya waktu, akhirnya dengan ikhlas ku
mampu melepaskan yoga untuk tetap bersatu bersama siska.
Ku ikhlaskan kau bersamanya
Meski
bukan sesuatu yang mudah
Ku
putuskan untuk memilih mundur
Karena
Hati,
sudah tak tau harus bagaimana lagi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar