Senin, 09 Desember 2013

Ku Ikhlaskan Kamu Bersamanya



Assalamu'alaikum wr.wb

Cerita ini hanya fikti belaka, tapi sebagian merupakan cerita fakta ku .
Mohon maaf jika ada kesamaan nama tokoh, tempat, waktu dan peristiwa, hanya kebetulan belaka.

Ku Ikhlaskan Kamu Bersamanya
(by.N.sri indrianti)
Siswi SMAN 1 PAGADEN
Subang, 16 Oktober 2013
Sebuah cerita yang bisa ku sutradarai dan ku perankan sendiri tokoh utamanya .

C  e  k  i  d  o  t

bel istirahat berbunyi tett.. Tett.. Tett..
Ku bereskan buku buku yang baru saja ku pelajari, ku lihat yoga keluar kelas dengan terburu-buru, segera ku seletingkan tasku dan ku ikuti yoga dari belakang. Nampaknya yoga masuk ke ruangan perpustakaan. Aku pun ikut masuk ke dalam, tanpa sepengetahuan yoga. Ku mengintip di balik lemari yg dipenuhi jejeran buku buku pengetahuan, dan ku lihat yoga menghampiri seorang perempuan yang duduk di kursi menyendiri.
Cemburu melihat mereka berdua, gurutuku "ngapain ngintipin orang pacaran. Kaya orang pengangguran" balik badan meninggalkan mereka, tapi ... Apa? Pacaran? Enggak, gk mungkin, itu gak mungkin? “ sadar dan  Tanda tanya besar dipikiranku.
Kuputuskan untuk tidak meninggalkan mereka, sebelum mengetahui siapa perempuan tersebut.
“Aku sama sekali tidak mengenal tuh perempuan. Ketemu aja belum pernah. Apa dia… murid baru?”
Dengan penasaran aku pun menghampiri yoga dan perempuan itu.
"Aku penasaran sama tuh perempuan. ada hubungan apa dengan yoga?” Tanyaku sambil mengambil sebuah buku novel inggris dan segera mendekati mereka.
                                                                                                                        
"hey.. Boleh gabung?" ujarku.
"dri..an? Tumben ke perpus?" tanya yoga keheranan.
 "loooh kenapa? Gk boleh?” Jutekku menduduki kursi.
"bukan gitu, aneh aja. Baru kali ini loh aku liat kamu pergi ke perpus".
"boleh ko', gabung aja kak" potong perempuan itu.
“hah, kakak? Jadi dia adik kelasku?” pikirku
“kamu murid baru ya? baru kali ini kakak liat kamu” tanyaku
“mm iya, kenalin aku siska. Kelas 2 ipa 2” jelasnya
“oh, pantes. kenalin nama kakak driiiaan, panggil aja kak drian. Kakak adalah sahabat dari sepupunya kak yoga, namanya kak wulan.kita ini sekelas loh. Oh ya, satu lagi sahabat kakak, namanya kak emir. Nanti kakak kenalin deh ke kamu” jelasku semangat
“Mengenai kak wulan sama kak emir, aku udah kenal kak” jawabnya
Mendengar pernyataan tersebut. Jelas-jelas aku terkejut. Expresi yang tadinya semangat untuk mengenali sahabatku ke dia, malah kendor. Tiba-tiba terdengar suara dering handphone di saku seragam sekolahku. Ternyata ada telepon dari seseorang.
“sebentar ya ada telepon. Hallo?”
“yan, kamu dimana? Bel bunyi langsung pergi aja, rese loh gak ngajak-ngajak” terdengar suara di handphone
“aku lagi sama yoga nih, sama siska juga” jelasku seraya memainkan jari kuku
“apah, kamu ngapain sama mereka? Jangan ganggu mereka. Mereka lagi pacaran”
“apah?”
            Nafasku tiba-tiba saja menjadi sesak, tubuhku menjadi lemas. Betapa shocknya aku mendengar kenyataan itu. Handphone yang berada di tanganku seusai menerima telepon dari wulan, kini menjatuhkannya diatas meja. Tidak ada yang memberitahukanku tentang ini. Ya, hanya drian yg belum tahu tentang hubungan yoga dengan siska.  Kenapa aku harus tahu dari orang lain, dan kanapa aku baru mengetahuinya sekarang, sedangkan sahabatku?
"yan, kamu kenapa?”  Aku tersadar kalau sedari tadi yoga berusaha menanyakan keadaanku.
“a a  aku, gak papa” dengan  suara lemas
“syukurlah, kakak kelihatan seperti orang terkejut” ujarnya kawatir
Aku masih belum percaya, kalau bukan yoga yang memberitahu langsung kepadaku. Kutanyakan kepada yoga, untuk meyakinkannya.
“kalian, ada,  hubungan apa?” berusaha menanyakannya
“aduh. Aku lupa ngasih tau kamu” menepuk jidatnya
“siska, dia ituuu... pacar aku” jelasnya
JLEBB ..
Terlihat jelas kalau drian benar-benar speechless, dia sangat terpukul mendengar kenyataan pahit itu langsung dari mulutnya yoga. Dia tidak menyangka. Yoga, yang selama ini dia cintai. Dihatinya sudah tertulis nama seseorang, siska.
Kenyataan ini memang pahit, tapi tidak untuk mereka. Aku tidak boleh memperlihatkan kekecewaanku di depan mereka, aku harus ikut bahagia atas bersatunya mereka.
"selamat ya? " ujarku senyum terpaksa.
Segera ku pamit, dan ku langkahkan kakiku tanpa tujuan. Tak sadar air mataku menetes seiring langkah kakiku yang mulai melemah. Sejenak ku tak mampu melangkah lagi. Langkahku terhenti karena terlintas kenyataan pahit itu dipikiranku. “Begitu penasarankah aku dibuat yoga, sampai akhirnya aku dibuatnya terluka”.
Saat aku keluar kelas untuk mengikuti yoga. Emir juga mengikutiku dari belakang, tapi dia tertinggal oleh langkahku yang begitu cepat. Sehingga dia tak tahu kemana arahku menuju.
“Cepet banget dia jalan? Ngapain sih dia ngikutin si yoga. Pengangguran banget tau gak? Kemana lagi dia? Kanan atau kiri? kanan? Kiri?” gerutu emir di koridor kelas.
            Sepulang sekolah,
“yan, kamu pulang sama siapa?” tanya emir mengikutiku
Aku hanya berjalan tanpa menjawab pertanyaan dari emir. Sepanjang jalan ku memikirkan kenyataan yang telah terjadi tadi.
“yan, kamu kenapa sih?”
Ku menoleh “aku pulang pake sepeda” berbelok ke parkiran sepedaku
“iya aku tau, memang setiap hari kamu pake sepeda kan?”
“kalau tahu, gak usah nanya?”
“jutek banget sih. Kan aku nanya ,kamu pulang sama siapa?”
“ih bawel deh, kalau pake sepeda berarti aku pulang sendiri” jelasku pergi meninggalkan emir
“kenapa sih tuh anak, aneh?” menatap kepergianku

###

1 bulan berlalu, yoga dan siska masih berhubungan. Ku kira hubungan mereka tidak tahan lama, tapi perkiraanku salah. Terlihat mereka sedang berjalan di koridor kelas, bercanda-canda layaknya orang yang pacaran (memang iya!). jika ku lihati mereka saja, itu akan menambah-nambah rasa cemburuku. Segera ku berbelok memasuki kelas. Berjalan menuju bangku, dan menoleh ke kanan-kiri, mencari-cari keberadaan wulan sahabatku. Sengaja aku tidak beranjak pergi untuk mencarinya, karena hari ini aku benar-benar tidak enak badan, karena pikiranku dipenuhi bayang-bayang yoga dengan siska pacarnya.
Bel masuk berbunyi tett..tett.tett..
Ke 2 tanganku diatas meja, dan kepalaku ditidurkan di atasnya. Ku terbangun karena seseorang berusaha untuk membangunkanku.
"yan bangun, ada guru?" kata emir.
Segera ku rapikan rambut dan seragamku.
“kenapa kamu, kurang tidur? Tanyanya menoleh kepadaku.
Ku menolehnya dan hanya bisa menjawab dengan menggelengkan kepala.
            Selama pelajaran di mulai, ku perhatikan Pak guru yang sedang menjelaskan rumus integral. Pandanganku lurus ke depan,  tetap ku paksakan meski tubuhku mulai melemah. Tiba-tiba saja, dipertengahan pelajaran. Kepala  ku begitu sakit, mataku sudah tidak kuat memaksaku untuk terus memperhatikan Pak andhika, guru matematika. Samar-samar ku lihat whiteboard di depanku, hingga akhirnya aku ...... sudah berada di UKS sekolah.

Ku buka mata, ku lihat seorang lelaki begitu samar sedang berdiri membuatkan  sesuatu . Keadaanku masih begitu lemah. Tak mampu ku beranjak untuk melihat siapa lelaki itu. Dia mendekatiku ....
“Hmm.. akhirnya kamu sadar juga !” gerutu emir menduduki kursi yang berada tepat disampingku.
            Ya, ternyata lelaki itu adalah emir. Dia adalah anak aktivis, ketua dari Organisasi PMR di sekolahku. Hebat betul?? . sedangkan aku juga anak Organisasi PMR, hanya saja aku menjabat sebagai sie.sekretaris, dulu pernah  sih mengawali jabatan sebagai sie.bendahara yang tugasnya menyimpan uang khas, yang katanya punya banyak uang, padahal bukan uang sendiri. Haha memalukan !.  tapi sekarang sudah tidak lagi, karena sudah SERah Terima JABatan.

Ku paksakan beranjak dari tempat tidur, lalu duduk di depan emir.
“nih, di minum dulu tes manisnya!” ujarnya sambil memberiku secangkir  teh.
“enggak, aku gak papa ko’, aku udah sehat.” Kataku yang tidak memperdulikan kondisiku.
“kamu itu bandel banget sih. Kamu liat dong, muka kamu tuh pucat banget, drian?” gerutu emir.
“okkeey, aku minum” kesalku merebut teh hangat itu ditangan emir.
            Saat ku minum teh hangat itu. Nampaknya emir memperhatikanku terus. Bukannya aku keGRan ya? Tapi..... .
“nih...”ujarku membuka suara.
Emir menaruh gelas itu di atas meja, lalu membuka suara.
“kamu kenapa?” tanya emir
“maksud kamu?”
“apa ini gara-gara si yoga kamu jadi gini?”
“apah? Ini gak ada hubunganya sama yoga kok”alasanku
“kamu bohong!”
“aku gak bohong”ujarku dengan nada rendah dan membuang muka.
“kalo kamu gak bohong, kenapa kamu gak berani natap aku?” katanya merebut daguku kehadapannya.
            Emir telah berhasil memancingku untuk berkata jujur. Jelas iya, aku kesal. Aku menyingkirkan tangannya yang memegang daguku.
“eeerrggh .. . iya, ini semua gara-gara yoga. Kenapa aku baru tahu kalau yoga punya hubungan spesial dengan siska. Kenapa aku terlambat mengetahuinya?. Kamu? Kamu yang duluan mengetahui tentang itu, kenapa gak beri tahu aku mir?”
“aku gak mau buat kamu terluka yan”
“gak mau buat aku terluka kamu bilang? Dengan kamu nutupin kenyataan ini ke aku, itu gak akan buat aku terluka, iya?”
“sama aja mir. Akhirnya aku juga bakal tau kan. Akhirnya aku juga terluka kan? Lebih baik kamu kasih tau aku dari awal. kenapa baru sekarang aku mengetahuinya  dari wulan?”  lanjutku
“Kenapa  aku harus suka sama cowok yang jelas-jelas gak suka sama aku. Kenapa?” kesal meneteskan air mata.
“aku capek, aku gak mau lagi suka sama dia. Aku mau berhenti berharap ke dia” Lanjutku dengan nada rendah.
“yan, kamu jangan patah semangat gitu dong. Kamu udah sejauh ini untuk mendapatkan yoga, ya kan? Mana drian yang dulu? drian yang aku kenal? Drian yang gak pernah menyerah, sampai dia mendapatkan keinginannya” ujarnya menenangkanku
“tapi buat apa aku terus berharap, kalau akhirnya aku tidak bisa memilikinya? Apalagi sekarang dia udah punya pacar. Itu artinya gak ada harapan. Itu hanya buang-buang waktuku saja + pikiranku untuk berusaha mendapatkannya”
“tapi setidaknya kamu sudah berusaha, yan?”
“iyya, berusaha tapi gagal mendapatkannya!” jelasku

*emir*
“Bodoh banget aku. Kenapa aku malah berkata seperti ini sih ? seharusnya aku senang, dan menyuruhnya agar drian benar-benar melupakan yoga. Tapiii,,, kenapa aku malah memberikan dia semangat, untuk tidak menyerah mendapatkan yoga”

Aku hanya bisa meneteskan air mata, dan emir menyuruhku untuk menghapus air mataku.
           
            Sekarang aku sadar, untuk mendapatkan segala sesuatu yang diinginkan harus dengan perjuangan, dan tidak semua keinginan itu bisa didapatkan.

            Aku gak mungkin terus-terusannya seperti ini. Aku juga gak mungkin memaksa yoga untuk mencintaiku. Lagi pula yoga itu sudah mempunyai pacar. Yoga yang begitu ganteng kalem cocok sekali dengan siska yang cantik dan lembut. Aku juga gak mungkin merusak hubungan mereka yang sudah ditakdirkan untuk bersatu oleh yang kuasa.
Seiring berjalannya waktu, akhirnya dengan ikhlas ku mampu melepaskan yoga untuk tetap bersatu bersama siska.

Ku ikhlaskan kau bersamanya
Meski bukan sesuatu yang mudah
Ku putuskan untuk memilih mundur
Karena Hati,
sudah tak tau harus bagaimana lagi.

Tidak ada komentar: